BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Biogeografi adalah ilmu yang mempelajari penyebaran organisme di muka bumi. Organisme yang dipelajari mencakup organisme yang masih hidup dan organisme yang sudah punah. Dalam biogeografi dipelajari bahwa penyebaran organisme dari suatu tempat ke tempat lainnya melintasi berbagai faktor penghalang. Faktor-faktor penghalang ini menjadi pengendali penyebaran organisme. Faktor penghalang yang utama adalah iklim dan topografi. Selain itu, faktor penghalang reproduksi dan endemisme menjadi pengendali penyebaran organisme . Akibat dari hal tersebut di atas maka di permukaan bumi ini terbentuk kelompok-kelompok hewan dan tumbuhan yang menempati daerah yang berbeda-beda. Sebagai contoh bunga sakura tumbuh di Jepang, bunga tulip di Belanda, kera bekantan hidup di Kalimantan, burung maleo di Sulawesi dan Maluku. Sehingga tanaman dan hewan menjadi ciri khas pada suatu daerah di belahan bumi. Tanaman nanas yang berasal dari Amerika Utara tumbuh subur di Hawaii dan di Asia. Pohon bambu banyak yang hidup di sekitar Asia Barat. Luas daerah yang dapat ditempati tumbuhan maupun hewan, berkaitan dengan kesempatan dan kemampuan mengadakan penyebaran.
Pelaksanaan praktek lapang ini di dasarakan pada kurikulum Jurusan Geografi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Makassar yang di alokasikan waktunya pada semester ganjil (semester III). Pelaksanaan praktek lapang wajib di ikuti oleh semua Mahasiswa yang memprogram mata kuliah ilmu biogeografi . Praktek ini untuk mensinergikan antara teori yang di terima mahasiswa dengan kondidsi nyata di lapangan dalam kaitannya dengan ilmu geografi.
B. Rumusan Masalah
Dari latar be;akang di atas maka penulis dapat merumuskan beberapa permasalahan antara lain:
1. Jenis hewan apa yang hidup di lokasi praktek ?
2. Jenis hewan apa yang hidup di lokasi praktek ?
3. Apa manfaat hewan dan tumbuhan bagi wilayah tersebut ?
C. Tujuan Praktikum
1. Tujuan Intruksional Umum
Praktek lapang ini secara umum bertujuan untuk melatih mahasiswa agar terampil dalam menggunakan alat-alat yang diguanakan dalam praktikum lapangan biogeografi serta melatih dalam melakukan pengamatan dan observasi tentang fenomena-fenomena geografis yang ada di lapangan , khusnya hal-hal yang berkaitan dengan hewan dan tumbuhan di lokasi praktek dan membandingkan teori yang ada dengan kenyataan di lapangan sehingga mahasiswa dapat memecahkan permasalahan-permasalahannya .
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mahasiswa selesai praktek lapang, mahasiswa dapat :
1. Mengetahui cara menggunakan peralatan praktek yang digunakan
2. Mengetahui jenis hewan dan tumbuhan di lokasi praktek
3. Mengetahui tentang biogeogarafi yang ada di lokasi praktek
4. Menganalisis permasalahan-prmasalahan biogeografi yang ada di lokasi praktek
D. Manfaat Praktikum
Adapun manfaat yang bisa di peroleh dari paktikum ini adalah mahasiswa dapat mengetahui jenis hewan dan tumbuhan yang ada di lokasi praktikum .
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pengertian Biogeografi
Biogeografi adalah ilmu yang mempelajari penyebaran organisme di muka bumi. Organisme yang dipelajari mencakup organisme yang masih hidup dan organisme yang sudah punah. Dalam biogeografi dipelajari bahwa penyebaran organisme dari suatu tempat ke tempat lainnya melintasi berbagai faktor penghalang. Faktor-faktor penghalang ini menjadi pengendali penyebaran organisme. Faktor penghalang yang utama adalah iklim dan topografi. Selain itu, faktor penghalang reproduksi dan endemisme menjadi pengendali penyebaran organisme.Persebaran hewan di muka bumi ini didasarkan oleh faktor fisiografik, klimatik dan biotik yang berbeda antara wilayah yang satu dengan lainnya, sehingga menyebabkan perbedaan jenis hewan di suatu wilayah. Seperti diketahui setiap spesies hewan mempunyai kemampuan yang berbeda dalam mengatasi hambatan-hambatan. Andaikan tidak ada hambatan-hambatan maka persebaran hewan akan berjalan terus. Misalnya hewan yang biasa hidup di pegunungan akan sulit hidup di dataran rendah. Atau hewan yang biasa hidup di daerah panas akan sulit hidup di daerah yang beriklim dingin atau kurang curah hujannya. Di samping itu faktor sejarah geologi juga mempengaruhi persebaran hewan di wilayah tertentu karena wilayah tersebut pernah menjadi satu. Namun hewan berbeda dengan tumbuhan yang bersifat pasif. Pada hewan, bila habitatnya dirasakan sudah tidak cocok, seringkali secara masal mengadakan migrasi ke tempat lainnya. Oleh karena itu pola persebaran fauna tidak setegas persebaran flora. Adakalanya hewan khas di suatu wilayah juga terdapat di wilayah lainnya.
Pada tahun 1876 Alfred Russel Wallace membagi wilayah persebaran fauna atas 8 wilayah yaitu: Ethiopian, Palearktik, Oriental, Australian, Neotropical dan Neartik.. Biogeografi berguna untuk mengetahui dan menentukan faktor yang menyebabkan atau membatasi penyebaran suatu makhluk hidup.
Persebaran hewan dan tumbuhan yang biasa disebut dengan pemencaran , melalui tiga pintu pemencaran, yaitu :
- Koridor
- Tapisan
- Undian
Sedangkan di dalam pemencaran yang terjadi, adapun beberapa kondisi yang memungkinkan terjadi di antaranya, adalah :
- Invasi, yaitu proses dimana spesies memasuki wilayah baru.
- Segresi, yaitu jenis spesies yang semakin bertambah, populasi yang semakin besar, dan terjadinya persaingan antar kelompok.
- Stabilisasi, yaitu jenis spesies yang kuat mengalahkan jenis yang lemah, sampai ada tingkat kestabilan.
- Klimaks, yaitu suatu komunitas akan ke tingkat homeostatis, yaitu mencari lagi tempat yang lain untuk beradaptasi.
Adapun yang menjadi factor terjadinya kepunahan spesies, yaitu antara lain :
1. Berlakunya teori biogeografi.
2. Persaingan antar spesies.
3. Tingginya kepadatan jenis.
4. Fisiografis, karena akibat bencana alam.
5. Iklim yang luar biasa.
6. Umur maksimum.
7. Campur tangan manusia.
B. Fauna Indonesia
Pola persebaran fauna di Indonesia sangat dipengaruhi oleh persebaran tumbuhan, kondisi geografis Indonesia yang berada di antara Benua Asia dan Australia, serta kondisi geologis Indonesia yang berada pada dua landas kontinen (continental shelf) yaitu landas kontinen Asia di bagian barat dan landas kontinen Australia di Indonesia bagian timur.Pola persebaran Fauna di Indonesia dapat dibedakan menjadi tiga kelompok wilayah, yaitu wilayah Fauna Indonesia Tipe Asiatis, Fauna Indonesia Tipe Peralihan (Asia-Australis), serta Fauna Indonesia Tipe Australis.
a. Fauna Indonesia Tipe Asiatis
Wilayah Fauna Indonesia Tipe Asiatis sering pula disebut Wilayah Fauna Indonesia Barat atau Wilayah Fauna Tanah Sunda. Wilayah fauna Indonesia yang bercorak Asiatis terdapat di Indonesia bagian barat meliputi Pulau Sumatra, Jawa, Bali, dan Kalimantan, serta pulau-pulaukecil di sekitarnya. Wilayah fauna Indonesia bagian barat (Tipe Asiatis) dengan wilayah fauna Indonesia bagian tengah (Tipe Asia-Australis) dibatasi oleh Garis Wallace.
Jenis-jenis Fauna Indonesia Tipe Asiatis, antara lain sebagai berikut.
· Mamalia, terdiri atas gajah, badak bercula satu, rusa, tapir, banteng, kerbau, monyet, orangutan, harimau, macan tutul, macan kumbang, tikus, bajing, beruang, kijang, anjing hutan, kelelawar, landak, babi hutan, kancil, dan kukang.
· Reptilia, terdiri atas biawak, buaya, kura-kura, kadal, ular, tokek, bunglon, dan trenggiling.
· Burung, terdiri atas elang bondol, jalak, merak, ayam hutan, burung hantu, kutilang, dan berbagai jenis unggas lainnya.
· Ikan, terdiri atas mujair, arwana, dan pesut (mamalia air tawar), yaitu sejenis lumba-lumba yang hidup di Sungai Mahakam.
· Serangga, terdiri atas berbagai jenis kumbang dan kupu-kupu, serta berbagai jenis serangga yang bersifat endemik.
b. Fauna Indonesia Tipe Asia – Australis
Wilayah Fauna Indonesia Tipe Asia-Australis sering pula disebut Wilayah Fauna Indonesia Tengah atau Wilayah Fauna Kepulauan Wallacea. Wilayah ini meliputi Pulau Sulawesi, Timor, Kepulauan Nusa Tenggara, dan Kepulauan Maluku.
Jenis-jenis Fauna Indonesia Tipe Asia-Australis, antara lain sebagai berikut.
· Mamalia, terdiri atas anoa, babi rusa, tapir, ikan duyung, kuskus, monyet hitam, beruang, tarsius, monyet seba, kuda, sapi, dan banteng.
· Amphibia, terdiri atas katak pohon, katak terbang, dan katak air.
· Reptilia, terdiri atas ular, buaya, biawak, dan komodo.
· Berbagai macam burung, antara lain burung dewata, maleo, mandar, raja udang, burung pemakan lebah, rangkong, kakatua, merpati, dan angsa.
c. Wilayah Fauna Indonesia Tipe Australis
Wilayah Fauna Indonesia Tipe Australis disebut juga Wilayah Fauna Indonesia Timur atau Wilayah Fauna Tanah Sahul, meliputi Pulau Irian Jaya (Papua), Kepulauan Aru, dan pulau-pulau kecil di sekitarnya. Wilayah Fauna Indonesia Timur (Tipe Australis) dengan Fauna Indonesia Tengah (Tipe Asia-Australis) dibatasi oleh Garis Weber.Jenis-jenis Fauna Indonesia Tipe Australis, antara lain sebagai berikut.
· Mamalia, terdiri atas kanguru, walabi, beruang, koala, nokdiak (landak Irian), oposum layang (pemanjat berkantung), kuskus, biawak, kanguru pohon, dan kelelawar.
· Reptilia, terdiri atas buaya, biawak, ular, kadal, dan kura-kura.
· Amphibia, terdiri atas katak pohon, katak terbang, dan katak air.
· Burung, terdiri atas kakatua, beo, nuri, raja udang, cendrawasih, dan kasuari.
· Ikan, terdiri atas arwana dan berbagai jenis ikan air tawar lainnya yang jumlah spesiesnya relatif lebih sedikit jika dibandingkan dengan wilayah Fauna Indonesia Barat dan Tengah.
C. Flora Indonesia
Indonesia merupakan suatu negara berbentuk kepulauan yang terdiri atas lebih dari 17.000 pulau dan sebagian besar wilayahnya berupa lautan. Kondisi wilayah yang berbentuk pulau-pulau dan dikelilingi oleh laut mengakibatkan keadaan flora di Indonesia menjadi sangat beragam. Keadaan flora di Indonesia dapat diklasifikasikan menjadi dua subregion, yaitu subregion Indonesia-Malaysia di wilayah Indonesia Barat dan subregion Australia di wilayah Indonesia Timur. Secara garis besar, flora Indonesia terdiri atas empat kawasan flora, yaitu Flora Sumatra-Kalimantan, Flora Jawa- Bali, Flora Kepulauan Wallacea, dan Flora Irian Jaya (Papua).
Jenis-jenis vegetasi yang tersebar di empat kawasan flora tersebut terdiri atas vegetasi hutan hujan tropis, hutan musim, hutan pe gunungan, sabana tropis, dan hutan pinggiran atau hutan bakau (mangrove).
a. Flora Sumatra–Kalimantan
Sebagian besar wilayah Sumatra dan Kalimantan merupakan wilayah iklim hutan hujan tropis atau tipe Af berdasarkan klasifikasi Iklim Koppen. Iklim di wilayah ini dicirikan dengan adanya tingkat kelembapan udara dan curah hujan yang selalu tinggi sepanjang tahun. Oleh karena itu, tipe vegetasi yang mendo minasi wilayah ini ialah hutan hujan tropis, yaitu tipe hutan lebat dengan jenis tumbuhan yang sangat heterogen. Pohonpohonnya tinggi dan sangat rapat, di bawahnya ditumbuhi berbagai jenis tumbuhan yang lebih rendah dan tanahnya ditumbuhi perdu dan rumput-rumputan sebagai penutup. Beberapa jenis flora khas daerah Sumatra-Kalimantan adalah tumbuhan meranti (dipterocarpus), berbagai jenis epifit, seperti anggrek, berbagai jenis lumut, cendawan (jamur), dan paku-pakuan, serta tumbuhan endemik yang sangat langka, seperti Rafflesia arnoldi yang penyebarannya hanya di sepanjang Pegunungan Bukit Barisan dari mulai Nanggroe Aceh Darussalam sampai Lampung.
b. Flora Jawa–Bali
Kawasan Pulau Jawa sangat bervariasi dengan tingkat curah hujan dan kelembapan udara semakin berkurang ke arah timur. Wilayah jawa barat didominasi oleh tipe iklim hutan hujan tropis (Af) dan Iklim Musim Tropis (Am). Semakin ke timur, tipe iklim bergeser ke arah tipe iklim yang lebih rendah curah hujannya. Akhirnya ditemui beberapa wilayah Iklim Sabana Tropik (Aw) di Pulau Bali. Keadaan ini membawa pengaruh terhadap pola vegetasi alam yang ada. Kawasan hutan hujan tropis di wilayah ini sebagian besar terdapat di Jawa Barat, seperti di Gede-Pangrango, Cibodas, dan Pananjung. Adapun wilayah utara Pulau Jawa yang memanjang mulai dari Jawa Barat bagian utara, Jawa Tengah, sampai Jawa Timur merupakan kawasan hutan musim tropis yang meranggas atau menggugurkan daunnya pada musim kemarau.
Jenis flora khas hutan musim tropis antara lain pohon jati. Jenis vegetasi yang mendominasi wilayah Jawa bagian timur dan Pulau Bali adalah vegetasi sabana tropis. Wilayah-wilayah pegunungan yang cukup tinggi di Pulau Jawa maupun di Pulau Bali banyak ditutupi oleh vegetasi hutan pegunungan tinggi.
c. Flora Kepulauan Wallacea
Wilayah Kepulauan Wallacea adalah pulau-pulau di wilayah Indonesia bagian tengah yang terdiri atas Pulau Sulawesi, Kepulauan Nusa Tenggara, Pulau Timor, dan Kepulauan Maluku. Wilayah-wilayah ini memiliki sifat iklim yang lebih kering dan kelembapan udara yang lebih rendah di bandingkan dengan wilayah-wilayah Indonesia lainnya.
Corak vegetasi yang terdapat di Kepulauan Wallacea meliputi:
· vegetasi sabana tropis di wilayah Nusa Tenggara;
· vegetasi hutan pegunungan di wilayah pegunungan yang terletak di Pulau Sulawesi;
· vegetasi hutan campuran di wilayah Maluku, yang terdiri atas berbagai jenis rempah-rempah (pala, cengkih, kayu manis), kenari, kayu eboni, dan lontar sebagai tanaman khas di daerah ini.
d. Flora Papua (Irian Jaya)
Kondisi iklim Papua (Irian Jaya) sebagian besar merupakan tipe hutan hujan tropis atau Af sehingga jenis vegetasi yang menutupi kawasan tersebut adalah hutan hujan tropis. Berbeda dengan wilayah Indonesia bagian barat, vegetasi di wilayah ini memiliki corak hutan hujan tropis tipe Australia Utara, dengan jenis flora yang khas yaitu ekaliptus. Wilayah pegunungan Jaya Wijaya ditumbuhi jenis vegetasi pegunungan tinggi, sedangkan di daerah pantai banyak dijumpai vegetasi hutan bakau (mangrove).
Berdasarkan persebarannya, flora di Indonesia dari daerah pantai ke pegunungan tinggi adalah sebagai berikut.
Ø Hutan bakau (mangrove), terletak di daerah pantai landai dan berlumpur yang berada dalam jangkauan pasang surut air laut. Vegetasi hutan mangrove terdiri atas jenis vegetasi homogen, serta memiliki akar penyangga dan napas yang terletak di atas permukaan air. Hutan ini sangat berperan dalam mengurangi laju erosi oleh air laut (abrasi) dan untuk perkem bangbiakan ikan, antara lain bandeng dan berbagai jenis udang. Hutan bakau (mangrove) tersebar di Pantai Papua, Sumatra bagian timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, dan pantai utara Pulau Jawa.
Ø Hutan Rawa, terletak lebih jauh ke daratan daripada hutan bakau. Hutan ini banyak terdapat di sumatera bagian timur, Kalimantan barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, dan Jawa bagian utara.
Ø Hutan musim, terdapat di daerah yang panas, serta memiliki perbedaan musim hujan dan kemarau yang jelas. Jenis pohonnya, seperti jati, kapuk dan angsana. Hutan ini terdapat di Jawah tengah, Jawa barat, Jawa Timur, dan Nusa Tenggara.
Ø Hutan hujan tropis, jenis hutan ini terdiri atas pohon-pohon tinggi yang sangat rapat membentuk kanopi lebar yang selalu hijau sepanjang tahun, dan terdiri atas berbagai jenis vegetasi yang sangat heterogen.
Ø Di dalamnya tumbuh jenis tanaman epifit, seperti anggrek dan cendawan, serta tumbuhan merambat, seperti rotan dan liana. Jenis hutan hujan tropis di Indonesia terdapat di Pulau Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, sebagian Jawa Barat, dan Papua.
Ø Sabana (Savana), yaitu padang rumput yang diselingi pepohonan yang bergerombol. Sabana terdapat di daerah yang curah hujannya rendah, seperti di Nusa Tenggara sehingga daerah ini sangat sesuai untuk dijadikan daerah peternakan.
Ø Steppa atau padang rumput, banyak terdapat di daerah yang mengalami musim kemarau yang panjang dan curah hujan rendah. Penyebaran steppa di Indonesia yaitu di daerah Kepulauan Nusa Tenggara terutama di Nusa Tenggara Timur (NTT).
Ø Hutan pegunungan tinggi, adalah jenis hutan yang pada umumnya terdiri atas vegetasi berdaun jarum (conifer), sedangkan pada daerah yang lebih tinggi jenis vegetasinya berupa pohon-pohon pendek yang diselingi semak belukar. Pada pegunungan yang sangat tinggi dengan kondisi suhu sangat rendah dan berkabut, jenis vegetasi yang dapat tumbuh hanyalah lumut. Daerah penyebaran hutan pegunungan tinggi antara lain di pegunungan tinggi Jaya Wijaya (Papua), Bukit Barisan (Sumatra), serta pegunungan tinggi di Jawa, Bali, Kalimantan, dan Sulawesi.
BAB III
METODE PELAKSANAAN PRAKTIKUM
A. Lokasi Praktek Lapang
Praktek lapang ini di laksanakan di Bendungan Bili-bili sampai dengan Hutan Pinus daerah benteng Tinggia dan Batu Lapisi dan di Desa Kanreapia kecamatan Tombolo Pao , Kabupaten Gowa , Propinsi Sulawesi Selatan
B. Alasan Pemilihan Lokasi
Lokasi ini di pilih sebagai tempat kegiatan praktek lapang karena merupakan daerah subur karena bekas gunung api dan berada di daerah dataran tinggi . selain itu , di daerah ini terdapat berbagai jenis ekosistem .
C. Waktu Pelaksanaan Praktek Lapang
Praktek lapang ini di laksanakan pada hari Sabtu – Minggu, tanggal 4 - 5 Desember 2010
D. Alat dan Bahan
Adapun alat yang dipakai dalam praktek lapang ini yaitu :
tabel 3.1 alat dan bahan
No | Nama alat dan bahan |
1 | Kompas geologi |
2 | Rol meter |
3 | Altimeter |
4 | Klinometer |
5 | GPS |
6 | Peta RBI dan peta geologi |
7 | Pisau lapangan |
8 | Megaphone |
9 | Bor tanah |
10 | Ring sampel |
11 | Tabung reaksi |
12 | Kertas lakmus |
13 | Soil Colour |
14 | Plastik polibag |
15 | Cangkul |
16 | Garpu |
17 | Alat tulis menulis |
Sumber : proposal kegiatan praktek
E. Metode pelaksanaan praktek
Mengamati setiap lokasi yang dipilih sebagai lokasi praktek, baik dari segi tumbuhan maupun dari jenis hewan yang tinggal di daerah tersebut .
F. Teknik Pengambilan Data
Setelah diadakan pengamatan pada tiap-tiap lokasi yang dijadikan lokasi praktek, para mahasiswa mencatat tumbuhan serta hewan apa saja yang ada pada lokasi tersebut.
BAB IV
PEMBAHASAN
A.
Lokasi I Bendungan Bili-Bili

Gambar 4.1 Lokasi I Bendungan Bili-Bili
Pada lokasi I ini, kita dapat melihat adanya ekologi buatan dan ekologi alami ini ditandai dengan macam-macam tumbuhan yang tumbuh di sekitar Bendungan Bili-Bili. Diantaranya, pohon pinus, pohon jati, pohon mangga, pohon rita, pohon jambu, pohon pinus dll. Adapun pepohonan yang tumbuh di sebelah barat bending Bili-Bili yang ditanam oleh manusia bertujuan untuk menahan air apabila sewaktu-waktu bendungan jebol.
Selain itu, hewan yang hidup di daerah Bendung juga bervariasi mulai dari hewan-hewan kecil sampai hewan besar seperti semut, ulat, kupu-kupu, dan capung. Tempat ini memiliki ketinggian 114 m dari permukaan laut (5o16’ 29,0” LS / 190o34’36,1” BT).
B. Lokasi ke II Benteng Tinggia
![]() |
Gambar 4.2 Lokasi ke II Benteng Tinggia
Pada lokasi ke II ini, merupakan jenis hutan yang homogen meski ada beberapa tumbuhan yang ada disekitarnya seperti semak belukar, pohon pisang, pohon bambu, pohon cengkeh dan pohon jambu. Akan tetapi karena hanya ada satu jenis pohon yang mendominasi atau yang menonjol diantara yang lainnya yaitu pohon pinus dengan begitu dapat disimpulkan bahwa daerah ini merupakan jenis hutan homogen.
Jika dilihat dari jenis hewan yang hidup di daerah ini ada beberapa hewan diantaranya seperti cacing, burung, anjing serta serangga pada permukaan tanah. Tempat ini memiliki ketinggian 987 m dari permukaan laut (5o15’11,9’ LS / 119o50’44,3’ BT).
C. Lokasi ke III Hutan Pinus Batu Lapisi’
![]() |
Gambar 4.3 Lokasi ke III Batu Lapisi’
Lokasi ke III ini merupakan jenis hutan yang homogen karena pohon yang ada di daerah ini hanya satu jenis pohon yaitu pohon pinus. Pada hutan homogen jumlah family serangga permukaan tanah yang ditemukan lebih banyak dibanding dengan hutan heterogen. Banyaknya jumlah family serangga yang didapatkan terjadi karena lingkungan yang sesuai untuk mendukung kehidupannya. Keberadaan serangga permukaan tanah di suatu tempat tergantung dengan faktor lingkungannya yaitu biotik dan abiotik . Tempat ini berada pada ketinggian 1298 m dari permukaan laut (5o14’28,4” LS / 119o52’56,4” BT).
BAB V
PENUTUP
A.Kesimpulan
Dari pelaksanaan praktek ini maka saya menarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Bendungan Bili-Bili yang terletak di Kabupaten Gowa memilki letak Astronomis 50 16’ 29,0” LS atau 190o34’36,1” BT dengan ketinggian 114 m dpl . Bendungan Bili-Bili merupakan daerah tampungan air dari aliran sungai Jeneberang . Di tempat ini dapat kita jumpai berbagai jenis hewan dan tumbuhan , di diantaranya kupu-kupu , semut hitam , burung pipit , jangkrik , capung , kaki seribu , serangga , belalang , pohon pinus , kelapa , pisang , rumput-rumputan , jambu biji dan pakis .
2. Desa tombolo pao yang terletak 5o15’11,9’ LS / 119o50’44,3’ BT) dengan ketinggian 1609 m dpl . Hewan yang di temukan burung, anjing serta serangga pada permukaan tanah . Tumbuhan yang di temukan sayur-sayuran seperti kol , wortel , daun bawang dan tanaman sop .
B.Saran
Perlu dilakukan penelitian jangka panjang mengenai Geografi hewan dan tumbuhan (Biogeografi) demi kesempurnaan laporan ini, sehingga pembaca lebih memahami dan mendalami mata kuliah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2011. http///google.com. Diaskes pada tanggal 25 Januari 2011
Sudamadji Dr. 1994. Keanekaaan Flora Dan Fauna Indonesia. LKI PKG Geografi, PPPG IPS Geografi
LAMPIRAN

Gambar 1 . peta penggunaan lahan kabupaten Gowa

Gambar 2. flora di Bendungan Bili-Bili
good......
BalasHapus